Sabtu, 02 April 2011

pohon indonesia

Ampupu (Eucalyptus urophylla S.T. Blake) 

sebaran tumbuh : Tumbuh alami d bagian timur Indonesia yaitu di Nusa
Tenggara Timur, tepatnya di Gunung Mutis Soe.  Selain itu
dapat ditemui ula di Pulau Timor Timur.  Jenis ini tumbuh
tersebar pada ketinggian 200  – 1500 m dpl dengan curah
hujan 1300  – 2400 mm/tahun.  Tumbuh baik pada tanah
berdrainase baik dan bersifat toleran terhadap tanah padat
dan asam.  Jenis ini tahan terhadap api. 

musim buah : Proses pembuahan dicirikan dengan mulai keluarnya bunga
yang berbentuk karangan bungan (inflorence), berwarna
putih.  Musim bunga berlangsung antara bulan Januari hingga
Maret, sedangkan buah masak dan siap dipanen pada bulan
Juni hingga September.  Pembuahan terjadi setiap tahun
secara periodik 

pengumpulan benih : Buah berbentuk kapsul, jika sudah masak kapsul akan
merekah.  Benih dikatakan telah masak fisiologis jika buah
sudah mulai mengeras, berwarna coklat tua dan tutup buah
mulai terbuka sebagian, tetapi benih belum keluar dari buah. 
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena sifat
benihnya yang halus.  Pengumpulan benih harus diunduh
dengan cara memanjat pohon induknya, benih yang sudah
masak fisiologis dipetik dan dikumpulkan dalam suatu
kantong, kemudian diberi label yang bertuliskan lokasi dan
tangal pengunduhan.  Rata-rata produksi buah setiap pohon
adalah 7,92 – 11,2 kg, jika sudah dalam bentuk benih 214,7 –
358,2 gram setiap pohon.  Jumlah benih per kilogram berkisar
antara 285.000 – 458.000 



ekstraksi benih : Untuk mengeluarkan benih  dari buahnya, perlu dilakukan
penjemuran di bawah sinar matahari selama 4 hari, rata-rata
7 jam setiap hari.  Buah yang akan diekstraksi ditempatkan
dalam kotak-kotak penjemuran, bagian dasar dari kotak ini
terbuat dari kawat kasa dan di bawah kotak ditempatkan
selembar kain atau plastik untuk menampung benih. 
Untukmemisahkan benih dari kotoran dan memilah benih
yang perlu dilakukan pengayakan dengan menggunakan
ayakan yang berukuran 710 mm dan terjaring ayakan 600
mm.  Karena campuran antara benih dan kotorannya cukup
berimbang maka kemurnian benih rata-rata 50 %. 

penyimpanan benih : Tipe benih adalah ortodoks, sehingga mampu disimpan
hingga 3,5 tahun dengan kadar air awal ± 10 %, dalam ruang
AC (suhu 18  – 20 °C, kelembaban 50  – 60 %) disimpan
dalam wadah  kedap udara (plastik atau kaleng tertutup
rapat), daya kecambah setelah penyimpanan 90 %). 

perkecambahan : Benih disemaikan pada bak kecambah, media semainya
adalah campuran tanah top soil dan pasir dengan
perbandingan 1 : 1.  Campuran media ini disaring dahulu
kemudian disterilkan.  Benih ditabur di atas media semai,
kemudian ditutup plastik selama ± 7 hari namun tetap
dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore.  Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan semprotan yang halus. 
Perkecambahan berlangsung antara  hari ke 10 hinga 14. 
Kecambah normal adalah setela keluar 2 daun pertama serta
terlihat sehat dan kokoh.  Dari 1 gram benih yang disemaikan
akan dihasilkan 750 – 1000 kecambah.  Kecambah dibiarkan
tumbuh dalam bak kecambah selama ± 1 bulan hingga siap
disapih pada kantong plastik

pencegahan hama dan penyakit : Untuk menghindari turunnya mutu benih akibat serangan hama
dan Penyakit , sebaiknya benih sebelum disemai atau
disimpan dicampur terlebih dahulu dengan tetracylin 5 %
atau benomil 5 %.  Umumnya cendawan yang menyerang
benih adalah Fusarium sp, Aspergillus sp. dan Gliocladium).

persemaian : Setelah semai berumur 1 bulan disapih ke dalam kantong
plastik hitam ukuran 10 x 15 cm, yang telah dilubangi
dasarnya,kemudian diisi dengan media campuran tanah top
soil dan pupuk kandang (perbandingan 1 : 1) yang telah
dicampur dengan furadan.  Sapihan diletakkan di bedeng
persemaian ukuran 1 x 5 cm, yang dinaungi shading net
dengan pencahayaan 50%.  Bibit disiram setiap hari pagi dan
sore hari terutama jika tidak turun hujan.  Bersihkan dari
gulma pengganggu, jika terlihat serangan hama (ulat atau
insek lainnya) dapat disemprot dengan fungisida.  Bibit siap
tanam di lapangan setelah berumur 3 bulan di persemaian
atau tinggi bibit telah mencapat 20 – 30 cm.

Sumber : Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia, Balai Teknologi Perbenihan, Departemen
Kehutanan R.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar